Pelukisan Jalan Pikiran Orang Jepang

musashi 1NOVEL ini untuk pertama kali tampil dalam bentuk serial di koran terkemuka Jepang, Asahi Shimbun, pada tahun 1953-1939. Tidak kurang dari 1.009 nomor urutan serial itu. Ini berarti pemuatan setiap hari selama tiga tahu lebih. Yang pernah dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas dan kini diterbitkan sebagai buku ini bukan terjemahan asli dari bahasa Jepang, terjemahan dari versi Inggris yang tebalnya 970 halaman.

Kisah suskses novel ini memang suatu keajaiban tersendiri. Kisah yang ditulis dengan gaya yang dekat dengan gaya fiksi tradisional Jepang dan juga dekat dengan pikiran umum di sana ternyata sangat mengena. Tidak kurang dari 120 juta eksemplar buku ini terjual. Sudah tujuh kali kisah ini difilmkan dan tidak terhitung banyaknya dialihkan dalam  bentuk drama atau serial mini di televisi.

Versi bahasa Inggris buku ini saja dalam tingga minggu pertama keluar sudah habis 30.000 eksemplar, sehingga penerbit buru-buru menerbitkan cetakan keduanya.

Angka 120 juta di atas memang mengejutkan, mengingat penduduk Jepang sekarang saja hanya berjumlah 110 juta orang. Dari perbandingan angka saja, kita bisa menduga bahwa hampir tak ada orang Jepang yang tak kenal kisah ini, dan orang boleh saja menduga buku ini rasanya turut membentuk watak Jepang modern.

Reischauer menulis, ”Berbeda dengan citra Jepang modern yang dilukiskan sebagai sebuah grup ”binatang ekonomi”, kebanyakan manusia Jepang menganggap dirinya individualistis, sangat memegang prinsip, dan sangat peka akan keindahan. Pokoknya sebagai Musashi modern”

Tadao Sato, kritikus film sekaligus penulis, ”Musashi tampil sebagai antitese terhadap intelektualisme”. Pelukisan jalan pikiran orang Jepang, karena kisah itu berhasil menuntuk mereka melewati ketikpastian selama tahun-tahun pemerintahan jepang menganut paham fasisme.

Melihat komentar-komentar di atas tersebut, bisa dikatakan buku ini merupakan buku penting untuk bisa lebih memahami Jepang yang perannya semakin besar saja di dunia, termasuk di Indonesia.

kutipan dari “Novel Musashi”

Oleh : A. Sudarno

Leave a comment